Hello blogger! Long time no blogging haha.
Well, baru dapet tugas softskill lagi nih, kali ini tentang e-learning. E-learning itu Apa? E-Learning itu berguna ga sih? Just check this out right now! :)
Well, baru dapet tugas softskill lagi nih, kali ini tentang e-learning. E-learning itu Apa? E-Learning itu berguna ga sih? Just check this out right now! :)
---------------------------------------------------------------------------
BLENDED LEARNING :
KOMBINASI E-LEARNING DALAM
PENDIDIKAN JARAK JAUH
Abstrak
Pendidikan
jarak jauh di Indonesia telah diatur oleh pemerintah dalam UU No.
20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Hal terpenting dalam pendidikan jarak jauh adalah
prinsip untuk tetap up-to-date, yang pada dasarnya baik guru maupun
murid memiliki kecenderungan menggunakan metode pendidikan modern seperti Information Technology and Communication (ICT) atau teknologi informasi dan komunikasi sebagai
sumber pembelajaran yang selalu update. Saat ini pendidikan
barbasis e-Learning telah menjadi trend dan bahkan telah menjadi nilai jual tersendiri bagi institusi-instusi penyelenggara pendidikan terutama pendidikan jarak jauh, walaupun sistem pendidikan e-learning
masih menjadi hal yang dipertimbangkan. Salah satu faktor penyebab utamanya
adalah masalah prasarana ketersediaan jaringan intenet serta kualitas bandwith
yang rendah dan membutuhkan harga yang relatif tergolong mahal.
Salah satu cara yang efisien dengan menggunakan metode e-learning
adalah Blended-learning atau metode belajar gabungan. Blended learning
adalah metode pembelajaran yang lebih menekankan penggabungan metode belajar
konvensional (face-to-face) dengan metode e-learning, yang
artinya proses belajar face-to-face menjadi pendukung proses belajar
dengan e-learning untuk lebih
interaktif yang bertujuan agar proses penerimaan informasi dalam belajar
mencapai maksimal
Untuk mennyelenggarakan blended-learning dengan efisien, ada
enam langkah yang dirancang, yaitu :
(1) Menetapkan materi
pembelajaran (2) Menetapkan rancangan dari blended learning (3) Menetapkan
format dan link dari on-line learning (4) Melakukan uji
terhadap rancangan yang dibuat (5) Melenyelenggarakan
blended learning dengan baik
dan benar (6) Siapkan
kriteria untuk melakukan
evaluasi. Selain itu, penyelenggara
pembelajaran jarak jauh harus mengetahui penyalahgunaan waktu dalam pelaksanaan
sistem blended-learning.
Kata kunci : Belajar jarak jauh, e-Learning, Blended-Learning
1. Pendahuluan
Pemerintah
telah mengatur pendidikan jarak jauh berdasarkan
Undang-Undang Nomor 20 Tahun
2003 tentang Sistim Pendidikan Nasional (SISDIKNAS),
dimana yang dimaksud dengan pendidikan
jarak jauh adalah “pendidikan yang pesertanya
didiknya terpisah dari pendidik dan pembelajarannya
menggunakan berbagai sumber belajar
melalui teknologi komunikasi, informasi dan
media lainnya”.
Soekartawi
(2003) memberikan ciri-ciri yang lebih spesifik dari pendidikan jarak jauh yaitu:
Ø Kegiatan
belajar terpisah dengan kegiatan pembelajaran.
Ø Selama
proses belajar siswa selaku peserta didik dan
guru selaku pendidik terpisahkan oleh tempat,
jarak geografis dan waktu atau kombinasi
dari ketiganya.
Ø Karena
siswa dan guru terpisah selama pembelajaran,
maka komunikasi diatara keduanya
dibantu dengan media pembelajaran, baik
media cetak (bahan ajar berupa modul) maupun
media elektronik (CD-ROM, VCD, telepon,
radio, video, televisi, komputer).
Ø Jasa
pelayanan disediakan baik untuk siswa maupun
untuk guru, misalnya resource learning
center atau pusat sumber belajar, bahan ajar, infrastruktur pembelajaran, dan sebagainya). Dengan demikian baik siswa maupun
guru tidak harus mengusahakan sendiri keperluan
dalam proses belajar-mengajar. Komunikasi
antara siswa dan guru bias dilakukan
baik melalui cara komunikasi satu maupun
dua arah (two-ways communication). Contoh
komunikasi dua arah ini, misalnya teleconferencing, video-conferencing,
emoderating, dsb-nya).
Ø Poroses
belajar-mengajar pada pendidikan jarak jauh
masih dimungkinkan dengan melakukan pertemuan
tatap muka (tutorial), walaupun itu bukan
suatu keharusan.
Ø Selama
kegiatan belajar, siswa cenderung membentuk
kelompok belajar, walaupun sifatnya
tidak tetap dan tidak wajib.
Ø Karena
hal-hal seperti yang disebutkan diatas, maka
peran guru lebih bersifat sebagai fasilitator dan
siswa bertindak sebagai participant.
Pendidikan jarak jauh seperti yang diamanatkan dalam SISDIKNAS, tentu saja perlu dilaksanakan berdasarkan prinsip-prinsip, yakni kebebasan, kemandirian, keluwesan, keterkinian, kesesuaian, mobilitas, dan efisiensi.
Dalam pembahasan
ini penulis hanya
akan mengulas prinsip keterkinian saja. Prinsip
keterkinian pada dasarnya baik guru maupun
siswa mempunyai kecenderungan menggunakan
metode pembelajaran yang modern,
apakah itu teknologi informasi dan komunikasi
(ICT) yang dipakai, bahan ajar atau lainnya.
Karena itu baik siswa maupun guru dituntut
untuk belajar dan terus belajar.
Oleh karena itu konsep pembelajaran berbasis
e-Learning sangat membantu selama materi
yang disampaikan cukup menarik dan memikat
sehingga para siswa lebih termotivasi untuk
memahami materi yang disajikan.
2. Permasalahan
Saat
ini pendidikan barbasis e-Learning telah
menjadi trend dan bahkan telah menjadi nilai
jual tersendiri bagi institusi-instusi penyelenggara
pendidikan terutama pendidikan jarak
jauh. Namun dalam implementasinya metode
pembelajaran berbasis e-Learning saat ini
masih banyak berperan sebagai pelengkap dari pembelajaran
yang dilaksanakan secara tatap muka,
baik itu terhadap proses belajar mengajar pada
jenis pendidikan akademik, vokasi maupun profesi.
Salah satu faktor peyebab utamanya adalah
masalah infrastruktur, terutama ketersediaan
jaringan internet serta kualitas bandwith yang
rendah dan harga yang relative tergolong
mahal. Disamping itu lemahnya kualitas
dan kontrol terhadap metode pendidikan e-Learning seperti
belum mampunya siswa mengelola
waktu dan memproses informasi secara
mandiri menjadi permasalahan tersendiri bagi
penyelenggara pendidikan e-Learning.
Oleh
karena itu salah satu alternatif metode pembelajaran
e-Learning yang tepat digunakan saat
ini adalah metode Blended Learning, yaitu metode
pembelajaran yang menggabungkan sistem
pembelajaran berbasis kelas (face to face) dan
pembelajaran berbasis e-Learning, yaitu dengan
memanfaatkan media elektronik. Artinya, proses
pembelajaran metode face to face di support dengan
e-Learning sehingga interaktif dan
manfaat pembelajaran dapat di capai dengan optimal.
Dengan
menerapkan metoda Blanded Learning
ini memungkinkan pengguna sumber belajar
online terutama yang berbasis web dengan tanpa
meninggalkan kegiatan tatap muka. Pendekatan
sistem pengajaran ini dapat dilaksanakan
dengan melakukan pengajaran secara
langsung (real time) ataupun dengan cara sebagai
tempat pemusatan pengetahuan (knowledge).
3. Teori
Dasar e-Learning dan Blanded Learning
a.
E-Learning
e-Learning
atau electronic learning merupakan suatu proses perkembangan teknologi yang diaplikasikan dalam hal penyampaian pengetahuan
dalam proses belajar mengajar. e- Learning kini
semakin dikenal sebagai salah satu cara
untuk mengatasi masalah pendidikan, baik di negara-negara
maju maupun di negara yang sedang
berkembang seperti Indonesia. Sebagai negara
kepulauan, Indonesia mengalami masalah dalam
proses perataan pendidikan bagi masyarakatnya
dikarenakan oleh jarak, oleh karena
itu e-Learning merupakan pilihan yang dapat
diterapkan.
Dalam berbagai literatur, para ahli mendefinisikan e-Learning sebagai berikut :
Dalam berbagai literatur, para ahli mendefinisikan e-Learning sebagai berikut :
1. Soekartawi,
Haryono dan Librero, (2002), e- Learning
is a generic term for all technologically
supported learning using an array
of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes, teleconferencing, satellite
transmissions, and the
more recognized web-based training or computer aided instruction also
commonly referred
to as online courses.
2. Parker,
Judith (2009) , elearning is Learning in which technology plays a major
role in the delivery
of content and the communication between
instructor and students and between students.
Kemudian
Cisco mendefinisikan filosofis e-Learning sebagai berikut :
a. e-Learning merupakan
penyampaian informasi,
komunikasi, pendidikan, pelatihan secara
on-line.
b. e-Learning menyediakan
seperangkat alat yang
dapat memperkaya nilai belajar secara konvensional
(model belajar konvensional, kajian
terhadap buku teks, CD-ROM, dan pelatihan
berbasis komputer) sehingga dapat menjawab
tantangan perkembangan globalisasi.
c. e-Learning tidak
berarti menggantikan model belajar
konvensional di dalam kelas, tetapi memperkuat
model belajar tersebut melalui pengayaan
content dan pengembangan teknologi
pendidikan.
d. Kapasitas
siswa amat bervariasi tergantung pada
bentuk isi dan cara penyampaiannya. Berdasarkan
definisi dan filosofi diatas, dapat
dijelaskan bahwa secara prinsip, e-Learning dapat
diartikan sebagai pembelajaran yang menggunakan
media elektronik sebagai alat bantunya,
media elektronik tersebut dapat saja berupa
internet, TV, CD ROM, Radio, Teleconfrence,
dan lain sebagainya. Konsep e- Learning
harus mengadaptasi unsur-unsur yang biasa
dilakukan dalam sistem pembelajaran konvensional.
b.
Blended
Learning
Blended
learning merupakan pengembangan
lebih lanjut dari metode e-Learning, yaitu metode pembelajaran yang menggabungkan antara sistem e-Learning dengan metode konvensional atau tata muka (face-toface). Beberapa
ahli mendefinisikan blended learning
sebagai berikut :
1. Valiathan,
Purnima (2002) blended learning is used to describe a solution that
combines several
different delivery methods, such as collaboration
software, Web-based courses, EPSS
(electronic performance support systems),
and knowledge management practices.
2. Rooney,
(2003), Blended learning is a hybrid learning concept integrating
traditional inclass sessions
and e-Learning elements.
Ahli
lainnya memberikan definisi lebih luas lagi,
seperti Whitelock & Jelfs (2003), memberikan
tiga pengertian untuk blended learning,
yaitu :
1. The integrated combination of
traditional learning
with web-based online approaches (drawingon
the work of Harrison)
2. The combination of media and
tools employed in
an e-Learning environment
3. The combination of a number of
pedagogic approaches,
irrespective of learning technology
use (drawing on the work of Driscoll).
Martin
Oliver dan Keith Trigwell dalam jurnal
e-Learning, Volume 2, No 1
tahun 2005, mendefinisikan blended learning :
1. Combining or mixing web-based
technology to accomplish
an educational goal
2. Combining pedagogical approaches
(‘e.g. constructivism,
behaviorism, cognitivism’) to produce
an optimal learning outcome with or without
instructional technology
3. Combining any form of instructional technology with face-to-face
instructor-led training
4. Combining instructional
technology with actual
job tasks.
Dari berbagai definisi diatas, para ahli secara
umum setuju bahwa blended learning lebih menekankan
kepada penggabungan / penyatuan metode
pembelajaran secara konvensional (face-to-face) dengan
metode e-Learning. Seperti terlihat
pada Gambar 1 dibawah ini :
Gambar 1. Posisi/Irisan Blended Learning
4. Pendekatan
Blanded Learning
Dalam penerapannya blanded learning menggabungkan
berbagai sumber secara fisik dan maya (virtual)
dengan pendekatan seperti disajikan
pada Tabel 1 berikut :
Tabel
1. Pendekatan Blanded Learning
Sumber : Strategies
for building blended learning By Allison
Rosset, Felicia Douglis, and Rebecca V. Frazee
Dari pendekatan
diatas dapat dilihat bahwa blanded learning memadukan
berbagai metode pengajaran
dengan memanfaatkan teknologi dan menyesuaikan
kondisi yang disepakati semua pihak.
Sedangkan teknologi virtual yang ada dapat
dimanfaatkan untuk proses blended learning.
5. Blended Learning :
Inovasi Baru Pembelajaran
Jarak Jauh
Pemikiran
dan upaya untuk memperbaiki pelaksanaan
pendidikan jarak jauh terus dilakukan
oleh para ahli. Maksudnya tentu saja agar
diperoleh keluaran (output) yang lebih baik. Karena itu, blended learning merupakan gabungan keunggulan pembelajaran yang dilakukan
secara tatap-muka dan secara virtual. Kombinasi
keunggulan dua model pembelajaran tersebut
dapat dilihat di Tabel 2 berikut ini.
Tabel
2. Penilaian Komparatif Tiga Model
Pembelajaran
Sumber: Soekartawi (2005).
Informasi
yang disajikan di Tabel 2 memberikan
petunjuk bahwa pelaksanaan pendidikan
jarak jauh terlihat lebih fleksibel. Dengan
demikian melalui pendekatan blended learning prinsip-prinsip
kebebasan, kemandirian, keluwesan,
keterkinian, kesesuaian, mobilitas, dan
efisiensi seperti yang disyaratkan dalam penyelenggaraan
pendidikan jarak jauh tersebut relatif
mudah untuk dipenuhi.
6. Manfaat
Blended Learning
Bila
saja blended learning ini dapat dilaksanakan
dengan baik dan benar, maka paling tidak
ada tiga manfaat yang dapat diperoleh, yaitu:
a. Meningkatkan
hasil pembelajaran melalui pendidikan
jarak jauh
b. Meningkatkan
kemudahan belajar sehingga siswa
menjadi puas dalam belajar melalui pendidikan
jarak jauh
c. Mengurangi
biaya pembelajaran.
Profesor
McGinnis (2005) dalam artikelnya
yang berjudul ‘Building A Successful Blended Learning Strategy’,
menyarankan 6 hal yang
perlu diperhatikan manakala orang menyelenggarakan
blended learning. Ke-enam hal
tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penyampaian
bahan ajar dan penyampaian pesan-pesan
yang lain (seperti pengumuman yang
berkaitan dengan kebijakan atau peraturan)
secara konsisten.
2. Penyelenggaraan
pembelajaran melalui blended learning harus
dilaksanakan secara serius
karena hal ini akan mendorong siswa cepat
menyesuaikan diri dengan sistim pendidikan
jarak jauh. Konsekuensinya, siswa lebih
cepat mandiri.
3. Bahan
ajar yang diberikan harus selalu mengalami
perbaikan (updated), baik dari segi formatnya
maupun ketersediaan bahan ajar yang
memenuhi kaidah ‘bahan ajar mandiri’ (self-learning
materials) seperti yang lazim digunakan
pada pendidikan jarak jauh.
4. Alokasi
waktu bisa dimulai dengan formula awal
75:25 dalam artian bahwa 75% waktu digunakan
untuk pembelajaran online dan 25%
waktu digunakan untuk pembelajaran secara
tatap muka (tutorial). Karena alokasi waktu
ini belum ada yang baku, maka penyelenggara
pendidikan bisa membuat ‘uji coba’
sendiri, sehingga diperoleh alokasi waktu
yang ideal.
5. Alokasi
waktu tutorial sebesar 25% untuk tutorial,
dapat digunakan khusus bagi mereka yang
tertinggal, namun bila tidak memungkinkan
(misalnya sebagian besar siswa
menghendaki pembelajaran tatap muka), maka
waktu yang tersedia sebesar 25% tersebut
bisa dipakai untuk menyelesaikan kesulitan-kesulitan
siswa dalam memahami isi bahan
ajar. Jadi semacam penyelenggaraan ‘remedial
class’.
6. Dalam blended
learning diperlukan kepemimpinan
yang mempunyai waktu dan perhatian
untuk terus berupaya bagaimana meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Selanjutnya secara lebih spesifik Profesor Steve Slemer (2005) dan Soekartawi (2005b) menyarankan enam tahapan dalam merancang dan
menyelenggarakan blended learning agar hasilnya
optimal. Ke-enam tahapan tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Tetapkan
macam dan materi bahan ajar, kemudian
ubah atau siapkan bahan ajar tersebut
menjadi bahan ajar yang memenuhi syarat
untuk pendidikan jarak jauh. Karena medium
pembelajarannya adalah blended-learning, maka bahan ajar sebaiknya dibedakan atau dirancang untuk tiga macam bahan
ajar, yaitu :
a. Bahan
ajar yang dapat dipelajari sendiri oleh
siswa
b. Bahan
ajar yang dapat dipelajari melalui cara
berinteraksi melalui cara tatap-muka
c. Bahan ajar yang dapat dipelajari melalui cara berinteraksi melalui cara online/web-based learning.
2. Tetapkan
rancangan dari blended learning yang digunakan. Pada tahap ini diperlukan ahli e-Learning untuk membantu. Intinya adalah bagaimana membuat rancangan pembelajaran
yang berisikan komponen pendidikan
jarak jauh dan tatap-muka yang baik.
Karena itu dalam membuat rancangan pembelajaran
ini, perlu diperhatikan hal-hal yang
berkaitan antara lain:
a. Bagaimana
bahan ajar tersebut disajikan.
b. Bahan
ajar mana yang bersifat wajib dipelajari
dan mana yang sifatnya anjuran guna
memperkaya pengetahuan siswa.
c. Bagaimana
siswa bisa mengakses dua komponen
pembelajaran tersebut.
d. Faktor
pendukung apa yang diperlukan. Misalnya
software apa yang digunakan, apakah
diperlukan kerja kelompok, apakah diperlukan
learning resource centers (sumber pembelajaran) di daerah-daerah tertentu.
3. Tetapkan
format dari on-line learning- apakah bahan
ajar tersedia dalam format html (sehingga mudah di cut and paste) atau dalam format PDF (tidak bisa di cut and paste). Juga perlu di beritahukan ke siswa dan guru hosting apa
yang dipakai, yaitu apakah on-line learning tersebut
menggunakan internet link apa ?.
apakah Yahoo, Google, MSN atau lainnya.
4. Lakukan
uji terhadap rancangan yang dibuat. Ini
maksudnya apakah rancangan pembelajaran
tersebut bisa dilaksanakan dengan
mudah atau sebaliknya. Cara yang lazim
dipakai untuk uji seperti ini adalah melalui
cara ‘pilot test’. Dengan cara ini penyelenggara
blended learning bisa minta masukan
atau saran dari pengguna atau peserta
pilot test.
5. Selenggarakan
blended learning dengan baik sambil
juga menugaskan instruktur khusus (dosen/guru)
yang tugas utamanya melayani pertanyaan
siswa, apakah itu bagaimana melakukan
pendaftaran sebagai peserta, bagaimana
siswa atau instruktur yang lain melakukan
akses terhadap bahan ajar, dan lain-lain. Instruktur ini juga bisa berfungsi
sebagai petugas promosi (public relation) karena
yang bertanya mungkin bukan dari kalangan sendiri, tetapi dari pihak lain.
6. Siapkan
kriteria untuk melakukan evaluasi pelaksanaan
blended learning. Memang banyak cara
bagaimana membuat evaluasi ini, namun Semler
(2005) menyarankan sebagai berikut :
a. Ease to navigate, dalam
artian seberapa mudah
siswa bisa mengakses semua informasi
yang disediakan di paket pembelajaran
yang disiapkan di komputer. Kriterianya:
makin mudah melakukan akses adalah
makin baik.
b. Content/substance, dalam
artian bagaimana kualitas
isi instruksional yang dipakai. Misalnya
bagaimana petunjuk mempelajari isi
bahan ajar, bagaimana bahan ajar itu disiapkan,
apakah bahan ajar yang ada sesuai
dengan tujuan pembelajaran, dan sebagainya.
Kriterianya: makin mendekati isi
bahan ajar itu dengan tujuan pembelajaran
adalah makin baik.
c. Layout/format/appearance, dalam
artian apakah paket pembelajaran (bahan ajar, petunjuk belajar, atau informasi lainnya) disajikan
secara profesional. Kriterianya : makin baik penyajian bahan ajar adalah makin
baik.
d. Interest, dalam
artian sampai seberapa besar paket
pembelajaran (bahan ajar, petunjuk belajar,
atau informasi lainnya) yang disajikan
mampu menimbulkan daya tarik siswa
untuk belajar. Kriterianya: bila paket pembelajaran
yang disajikan mampu menimbulkan
siswa untuk terus tertarik belajar
adalah makin baik.
e. Applicability, dalam
artian seberapa jauh paket
pembelajaran (bahan ajar, petunjuk belajar,
atau informasi lainnya) yang disajikan
bisa dipraktekkan secara mudah. Kriterianya:
makin mudah dipraktekkan adalah
makin baik.
f. Cost-effectiveness/value,
dalam artian sampai seberapa
murah biaya yang dikeluarkan untuk
mengikuti paket pembelajaran tersebut.
Kriterianya: semakin murah semakin
baik.
7.
Kapan Dibutuhkan Blended Learning
Tidak
selalu metoda blended learning dibutuhkan untuk memecahkan masalah pembelajaran jarak jauh. Proses pembelajaran blended
learning lebih tepat diterapkan pada saat seorang siswa membutuhkan tambahan materi pelajaran.
Secara lebih luas, kebutuhan blended learning menjadi
sangat penting pada saat :
Ø Proses
belajar mengajar tidak hanya tatap muka,
namun menambah waktu pembelajaran dengan
memanfaatkan teknologi dunia maya.
Ø Mempermudah
dan mempercepat proses komunikasi
non-stop antara pengajar dan siswa.
Ø Siswa
dan pengajar dapat diposisikan sebagai pihak
yang belajar.
Ø Membantu
proses percepatan pengajaran.
Perkembangan teknologi informasi yang sangat pesat dewasa ini, khususnya perkembangan teknologi internet turut mendorong berkembangnya konsep pembelajaran jarak jauh ini. Ciri teknologi internet yang selalu dapat diakses kapan saja, dimana saja, multiuser serta menawarkan segala kemudahannya telah menjadikan internet suatu media yang sangat tepat bagi perkembangan pendidikan jarak jauh selanjutnya. Hal ini lah yang menjadi acuan mengapa untuk saat ini sistem pembelajaran blended learning masih sangat baik di terapkan di Indonesia agar lebih dapat terkontrol secara tradisional juga.
8. Kesimpulan
Dari uraian
diatas dapat disimpulkan beberapa
hal, diantaranya sebagai berikut :
1. Pendidikan
jarak jauh telah diatur dalam SISDIKNAS
yang tertuang dalam UU No.20 tahun
2003
2. Blended learning salah
satu solusi alternative memecahkan
permasalahan pendidikan jarak jauh
yang tepat saat ini, karena pelaksanaannya
merupakan campuran dari berbagai
keunggulan penyelenggaraan pendidikan
jarak jauh.
3. Blanded learning menggabungkan
berbagai sumber secara fisik dan maya (virtual)
4. Ada
enam langkah dalam menyelenggarakan blended learning :
a.
Menetapkan macam dan materi
bahan ajar
b.
Menetapkan rancangan dari blended
learning
c.
Menetapkan format dan link
dari on-line learning
d.
Melakukan uji
terhadap rancangan yang dibuat
e.
Selenyelenggarakan blended learning dengan baik dan benar
f.
Siapkan kriteria untuk melakukan evaluasi.
5. Blended learning lebih
dibutuhkan disaat siswa
memerlukan tambahan pelajaran.
File lengkap-nya klik DISINI