Tuesday, January 14, 2014

Konflik yang terjadi di masyarakat

Masyarakat Indonesia sejak dulu telah lama berjuang melawan kaum penjajah, dan senantiasa berhadapan dengan konflik. Perang terjadi beradad-abad lalu dan telah menyisakan pengaruh dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, berupa pengalaman dalam menghadapi konflik, bahkan kadang-kadang sulit dibayangkan tiada hari tanpa konflik dan stress selama dalam perjuangan. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sejarah masih membuktikan sampai era reformasi dewasa ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan banyak pertentangan kelompok maupun politik, serta perseteruan kepentingan yang mengakibatkan konflik. Sementara itu masih sangat dirasakan bahwa sistem penegakan hukum kita masih lemah, misalnya dengan terjadinya salah persepsi antara dua kelompok masyarakat yang bertikai akan menambah daftar konflik menjadi meningkat. Konflik pribadi, konflik kepentingan antar individu ataupun konflik antar kelompok.
Pertentangan maupun konflik tersebut dapat dijumpai di seluruh segi kehidupan sehingga muncul pilihan-pilihan yang saling bertentangan dan tidak selaras mengakibatkan rusaknya tatanan keadaan maupun kehidupan bermasyarakat. Kondisi ketentraman dan ketertiban (tramtib) komunitas (pemukiman) maupun kelompok-kelompok ataupun lapisan masyarakat diberbagai daerah di Indonesia dalam beberapa tahun terusik oleh berbagai jenis gangguan dan konflik. Oleh karena itu mengenali pekerjaan sosial secara serius sangat penting untuk dicermati dalam upaya mengatasinya, bila kita gagal dalam mengatasi konflik maupun mengendalikannya akan mengakibatkan situasi dekstruktif yang lebih dahsyat, konflik merupakan masalah pelik untuk segera dicarikan pemecahaannya. 
Lalu bagaimana pekerjaan sosial mengatasi konflik? Dalam mencari segi penyelesaiannya, kemanfaatan dan kemaslahatannya, dari berbagai upaya-upaya yang dilakukan seperti antara lain :
1.     Menciptakan kereativitas masyarakat dalam menyikapi suatu konflik 
2.    Melakukan perubahan sosial yang kondusif pada pasca konflik. 
3.    Membangun komitmen kebersamaan dalam kelompok yang pernah konflik. 
4.    Mencegah berulang lagi konflik yang dapat merugikan banyak pihak. 
5.    Meningkatan fungsi sosial kekeluargaan atas dasar kebersamaan sebagai nilai
kearifan lokal yang dibangun dan diberdayakan dalam upaya dini menangani konflik.
Namun dari pada itu masih belum dirasakan dapat menyelesaikan konflik secara baik, oleh karena itu perlu untuk diketahui secara mendasar sebagai pokok bahasan dalam upaya mengatasi konflik, berupa faktor penyebab dan sumber konflik, jenis-jenis konflik, tahap-tahap konflik termasuk gejala dan ciri-cirinya serta penanganan, pengelolaan dan pengendalian konflik walaupun hal ini sangat sulit, tetapi dalam pekerjaan sosial perlu diketahui untuk dicari penyelesaiannya.


FAKTOR PENYEBAB DAN SUMBER KONFLIK
Konflik pada hakikatnya adalah segala sesuatu interaksi pertentangan antara dua pihak dan lebih didalam suatu kelompok masyarakat atau pun organisasi masyarakat, konflik dapat terjadi karena ketidak sesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota dalam kelompok tersebut yang timbul karena adanya kenyataan bahwa mereka harus membagi atau berebut sumber-sumber daya yang terbatas serta merebutkan sumber kehidupan maupun lapangan kerja, dimana masing-masing mempunyai perbedaan, status, tujuan, nilai atau persepsi masing-masing.

Faktor penyebab dan sumber konflik antara lain dibagi dalam tiga hal berupa
:
1.     Kepentingan (Interest), Sesuatu kepentingan yang memotivasi orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi ini tidak hanya dari bagian keinginan pribadi seseorang, tetapi juga dari peran dan statusnya karena adanya kepentingan. 
2.    Emosi (Emotion), Emosi sering diwujudkan melalui perasaan yang menyertai sebagian besar interaksi manusia, antara lain : marah, benci, takut, cemas, bingung, penolakkan dan sebagainya. 
3.    Nilai (Value), Nilai ini merupakan komponen konflik yang paling susah dipecahkan karena nilai merupakan sesuatu hal yang tidak bisa diraba dan dinyatakan secara nyata. Nilai berada pada kedalaman akar pemikiran dan perasaan tentang benar dan salah, baik dan buruk, yang pada umumnya mengarah pada sikap dan perilaku manusia.

SUMBER- SUMBER KONFLIK
Berbagai sumber-sumber konflik dapat saja terjadi mencuat kepermukaan namun bila kita telusuri dapat kita rinci dalam berbagai unsur sbb: 
1.     Bio Sosial, Bio sosial bisa dikatakan perasaan frustrasi yang sering menghasilkan agresi sehingga mengarah pada terjadinya konflik. Frustrasi juga dihasilkan dari kecenderungan ekspektasi pencapaian yang lebih cepat dari apa yang seharusnya diharapkan.
2.    Kepribadian dan Interaksi Termasuk dalam hal ini adalah kepribadian yang abrasif atau suka menghasut, adanya gangguan psikologi, kejengkelan karena ketidaksederajatan hubungan dan perbedaan gaya interaksi.
3.    Struktural Banyak konflik yang melekat pada struktur organisasi dan masyarakat, karena adanya kekuasaan, status, kelas-kelas masyarakat yang semuanya berpotensi menjadi konflik apabila dikaitkan dengan hak asasi manusia, pengarusutamaan jender, dan sebagainya. 
4.    Budaya dan Ideologi Intensitas konflik dari sumber ini sering dihasilkan dari perbedaaan politik, sosial, agama dan budaya, termasuk masalah yang timbul diantara masyarakat karena perbedaan system nilai. 
5.    Konfergensi Didalam situasi tertentu sumber-sumber konflik tergabung menjadi satu sehingga menimbulkan kompleksitas konflik itu sendiri.


BERBAGAI JENIS KONFLIK
1.     Konflik Pribadi ( Intra personal ) Konflik intrapersonal melibatkan ketidaksesuaian emosi bagi individu ketika kepetingan, tujuan atau nilai-nilai yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan tidak tercapai atau jauh dari menyenangkan.
Konflik ini merintangi kehidupan sehari-hari dan dapat mengganggu kegiatan orang lain. Ketika konflik ini dirasakan atau dialami baik secara fisik, mental atau emosional maka dapat menimbulkan sakit kepala, pusing bahkan stress. Bila akibat konflik ini sampai pada tingkat stress yang mematikan maka akan berada dalam konflik intrapersonal tahap berikutnya yang memiliki sifat destruktif misalnya menjurus kearah tindakan bunuh diri. Konflik intrapersonal merupakan konflik yang terjadi pada perilaku seseorang dimana pikiran dan sikapnya tidak kontrol dan sering menimbulkan emosi yang sangat tinggi.
2.    Konflik antara Pribadi ( InterPersonal) Konflik inter pribadi Konflik inter pribadi adalah konflik yang terjadi antara perilaku seseorang dengan mengaitkan kepentingan orang lain yang pikiran dan perilakunya tidak terkontrol, sehingga dapat menimbulkan kegelisahan dan rintangan kehidupan banyak orang. Konflik inter pribadi ini lebih jamak diassosiasikan dengan melibatkan sekelompok orang. Konflik ini tidak dapat diatasi secara external tanpa orang tersebut memiliki kendali secara internal.
b. Konflik antar pribadi Konflik antar pribadi merupakan konflik yang terjadi diantara dua orang atau lebih yang saling bertentangan karena masing-masing membutuhkan kebutuhan dasar psikologis yaitu : 
a.    Kebutuhan untuk diperlakuakan sebagai seorang pribadi untuk dihargai. 
b.    Kebutuhan untuk memiliki sejumlah kontrol. 
c.    Kebutuhan akan harga diri. 
d.    Kebutuhan untuk menentukan nasibnya sendiri.
e.    Kebutuhan menjadi orang yang konsisten.
3.    Konflik antara Kelompok 
a.    Konflik inter Kelompok ( Inter Groups ) Konflik ini merupakan pertentangan berbagai individu dalam suatu kelompok, karena masing-masing individu biasanya memiliki kemauan, kepentingan dan ingin memenuhi kebutuhan dasar psikologisnya dalam waktu yang bersamaan. Bahkan sering dijumpai bahwa di dalam kelompoknya sendiri para anggotanya tidak bersesuaian. 
b.    Konflik antar kelompok Antara kelompok satu dengan kelompok lainnya terjadi gesekan yang mengarah pada situasi perpecahan atau konflik antar warga anak bangsa, misalnya antar kelompok suku, ras, agama, dan golongan kelompok masyarakat tertentu. 


TAHAPAN, GEJALA DAN CIRI KONFLIK
1.     TAHAPAN KONFLIK
a.    Kondisi yang mendahului (Antecendent Condition) Pada tahap ini terdapat unsur penyebab antara lain karena kecurigaan , pertentangan pribadi, ras, kelas sosial, politik, sumber daya, keyakinan yang kesemuanya dari faktor-faktor ini tercermin dalam perilaku kehidupan sosial kemasyarakatan. 
b.    Kemungkinan konflik yang dilihat (Perceived Potential Conflict) Pada tahap ini satu atau kedua belah pihak mulai tampak perubahan kepribadian pada diri masing-masing orang, retaknya kesatuan kelompok dan solidaritas atau kesetiakawanan sosial mulai hilang. 
c.    Konflik yang dirasa (Felt Conflict) Pada tahap ini benturan kepentingan dan kebutuhan sering terjadi. Satu pihak atau kedua belah pihak yang terlibat melihat keadaan yang tidak memuaskan, meghambat, menakutkan, bahkan mulai mengancam. 
d.    Perilaku yang tampak (Manifest Behavior) Pada tahap ini orang-orang mulai menanggapi dan mengambil tindakan, sejak dari saling mendiamkan, kemudian pertengkaran secara lisan, berdebat, bersaing, agresif, saling menyerang akhirnya bermusuhan sampai dengan balas dendam yang berkepanjangan. Bentuk perbuatan yang nyata baik berupa lisan atau kata-kata maupun tindakan bergabung jadi satu kemasan. 
e.    Konflik yang dikelola (Suppressed or Managed Conflict) Pada tahap ini konflik yang sudah terjadi dapat ditekan. Upaya-upaya maksimal untuk meniadakan konflik dilakuakan malalui kesepakatan bersama (negosiasi). Namun demikian meskipun secara lahiriah konflik itu tampaknya seperti sudah berakhir atau dapat diselesaikan namun masalah intinya belum ditanggani, dimana pihak-pihak yang berkonflik hanya sekedar berdamping walaupun dalam hatinya berada dalam keadaan masih panas atau tegang. 
f.    Penyelesaian sesudah konflik (Management Aftermath) Pada tahap ini apabila konflik tidak dikelola dan diselesaikan, kedua belah pihak yang terlibat akan menanggung akibatnya baik bagi dirinya sendiri, maupun dalam lingkungan sosial khususnya hubungan sosial serta hubungan dengan beberapa orang yang diperlukan. Bila konflik dikelola dan berhasil, maka pihak-pihak yang terlibat perlu menindaklanjuti hasil pengelolaan itu secara konsekuen dan konsisten dengan melandasi apa yang telah menjadi kesepakatan bersama.

2.    GEJALA KONFLIK
Timbulnya gejala konflik berupa :
a.    Kombinasi jelas dan agresif Konflik tidak selalu digambarkan dalam bentuk nyata namun pada tahap ini terdapat tanda yang jelas dari konflik yang ditunjukan secara agresif. Contoh: teriakan-teriakan, celaan, ejekan, kekerasan dan sebagainya.
b.    Kombinasi dari agresif dan tersembunyi Pada tahap ini terdapat tanda-tanda yang tersembunyi dari konflik yang ditunjukan secara agresif. Contoh : komentar-komentar yang merendahkan, pelecehan, penghinaan, selalu mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang, kebencian untuk mencoreng orang lain, dan sebagainya.
c.    Tanda tersembunyi dari konflik yang ditunjukkan secara pasif Pada tahap ini terdapat tanda-tanda tersembunyi dari konflik yang ditunjukkan secara pasif. Contoh : tidak mau berkerja sama, tidak mau ikut pertemuan, cemas tidak mau menyelesaikan masalah. 
d.    Tanda yang jelas nampak pasif Pada tahap ini terdapat tanda yang jelas nampak yang ditunjukan secara jelas dalam kejadian konflik secara pasif. Contoh : mengirim surat tetapi tidak ada niat melaksanakan kegiatan yang berarti.

3.     CIRI KONFLIK
Ciri-ciri konflik dapat ditandai dari :
A.   Ciri peristiwa dalam sehari – hari Pada tahap ini tidak begitu mengancam dan paling mudah untuk dikelola karena memiliki ciri-ciri:
a.    Terjadinya secara terus menerus sehingga merupakan kebiasaan dan hanya memerlukan sedikit perhatian. 
b.    Ditandai oleh perasaan jengkel sehari-hari namun berlalu begitu saja dan munculnya tidak menentu. 
c.    Walaupun ada perasaan tidak cocok, kadang-kadang marah tetapi emosinya cepat mereda. 
B.    Ciri tantangan Pada tahap ini ditandai dengan sikap kalah atau menang berupa:
a.    Kekalahan tampaknya lebih besar karena yang bersangkutan terikat dengan masalah.
b.    Pada tahap ini pengelolaannya tidak dapat dilakukan secara sabar dan hati-hati karena setiap orang berkaitan dengan masalah yang kompleks. 
c.    Kelompok yang bersaing tidak suka mencari fakta yang akurat tentang lawan saingannya sebab tingkat kepercayaannya sudah menurun. 
d.    Muncul sikap putus asa akibatnya hanya saling sindir menyindir karena strategi yang digunakan hanya untuk mempertahankan sikapnya sendiri.
C.    Ciri pertentangan /pertikaian Pada tahap ini keinginan untuk menang sangat kuat sekaligus untuk mencederai serta menghilangkan keberadaan kelompok lain, dengan pemikiran bahwa:
a.    Konflik telah meningkat dalam eskalasi yang sangat tinggi.
b.    Harus ada korban 
c.    Harus ada yang dihukum 
d.    Ada upaya untuk memperpanjang konflik 

e.    Salah satu kelompok harus tidak eksis lagi.