Masyarakat Indonesia
sejak dulu telah lama berjuang
melawan kaum penjajah, dan
senantiasa berhadapan dengan konflik. Perang terjadi beradad-abad lalu dan telah menyisakan pengaruh dan pengalaman
dalam kehidupan sehari-hari, berupa pengalaman dalam menghadapi konflik, bahkan
kadang-kadang sulit dibayangkan tiada hari tanpa konflik dan stress selama
dalam perjuangan. Setelah proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945 sejarah masih
membuktikan sampai era reformasi dewasa ini, bangsa Indonesia dihadapkan dengan
banyak pertentangan kelompok maupun politik, serta perseteruan kepentingan yang
mengakibatkan konflik. Sementara itu masih sangat dirasakan bahwa sistem
penegakan hukum kita masih lemah, misalnya dengan terjadinya salah persepsi
antara dua kelompok masyarakat yang bertikai akan menambah daftar konflik
menjadi meningkat. Konflik pribadi, konflik kepentingan antar individu ataupun
konflik antar kelompok.
Pertentangan maupun konflik tersebut dapat
dijumpai di seluruh segi kehidupan sehingga muncul pilihan-pilihan yang saling
bertentangan dan tidak selaras mengakibatkan rusaknya tatanan keadaan maupun
kehidupan bermasyarakat. Kondisi ketentraman dan ketertiban (tramtib) komunitas
(pemukiman) maupun kelompok-kelompok ataupun lapisan masyarakat diberbagai
daerah di Indonesia dalam beberapa tahun terusik oleh berbagai jenis gangguan
dan konflik. Oleh karena itu mengenali pekerjaan sosial secara serius sangat
penting untuk dicermati dalam upaya mengatasinya, bila kita gagal dalam
mengatasi konflik maupun mengendalikannya akan mengakibatkan situasi
dekstruktif yang lebih dahsyat, konflik merupakan masalah pelik untuk segera
dicarikan pemecahaannya.
Lalu
bagaimana pekerjaan sosial mengatasi konflik? Dalam mencari segi penyelesaiannya,
kemanfaatan dan kemaslahatannya, dari berbagai upaya-upaya yang dilakukan
seperti antara lain :
1. Menciptakan kereativitas masyarakat dalam
menyikapi suatu konflik
2. Melakukan perubahan sosial yang kondusif
pada pasca konflik.
3. Membangun komitmen kebersamaan dalam
kelompok yang pernah konflik.
4. Mencegah berulang lagi konflik yang dapat
merugikan banyak pihak.
5. Meningkatan fungsi sosial kekeluargaan atas
dasar kebersamaan sebagai nilai
kearifan lokal yang dibangun dan
diberdayakan dalam upaya dini menangani konflik.
Namun dari pada itu masih belum dirasakan dapat menyelesaikan konflik secara baik, oleh karena itu perlu untuk diketahui secara mendasar sebagai pokok bahasan dalam upaya mengatasi konflik, berupa faktor penyebab dan sumber konflik, jenis-jenis konflik, tahap-tahap konflik termasuk gejala dan ciri-cirinya serta penanganan, pengelolaan dan pengendalian konflik walaupun hal ini sangat sulit, tetapi dalam pekerjaan sosial perlu diketahui untuk dicari penyelesaiannya.
Namun dari pada itu masih belum dirasakan dapat menyelesaikan konflik secara baik, oleh karena itu perlu untuk diketahui secara mendasar sebagai pokok bahasan dalam upaya mengatasi konflik, berupa faktor penyebab dan sumber konflik, jenis-jenis konflik, tahap-tahap konflik termasuk gejala dan ciri-cirinya serta penanganan, pengelolaan dan pengendalian konflik walaupun hal ini sangat sulit, tetapi dalam pekerjaan sosial perlu diketahui untuk dicari penyelesaiannya.
FAKTOR PENYEBAB DAN SUMBER KONFLIK
Konflik
pada hakikatnya adalah segala sesuatu interaksi pertentangan antara dua pihak
dan lebih didalam suatu kelompok masyarakat atau pun organisasi masyarakat,
konflik dapat terjadi karena ketidak sesuaian antara dua atau lebih
anggota-anggota dalam kelompok tersebut yang timbul karena adanya kenyataan
bahwa mereka harus membagi atau berebut sumber-sumber daya yang terbatas serta
merebutkan sumber kehidupan maupun lapangan kerja, dimana masing-masing
mempunyai perbedaan, status, tujuan, nilai atau persepsi masing-masing.
Faktor penyebab dan sumber konflik antara lain dibagi dalam tiga hal berupa :
1. Kepentingan (Interest), Sesuatu kepentingan
yang memotivasi orang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Motivasi
ini tidak hanya dari bagian keinginan pribadi seseorang, tetapi juga dari peran
dan statusnya karena adanya kepentingan.
2. Emosi (Emotion), Emosi sering diwujudkan
melalui perasaan yang menyertai sebagian besar interaksi manusia, antara lain :
marah, benci, takut, cemas, bingung, penolakkan dan sebagainya.
3. Nilai (Value), Nilai ini merupakan komponen
konflik yang paling susah dipecahkan karena nilai merupakan sesuatu hal yang
tidak bisa diraba dan dinyatakan secara nyata. Nilai berada pada kedalaman akar
pemikiran dan perasaan tentang benar dan salah, baik dan buruk, yang pada
umumnya mengarah pada sikap dan perilaku manusia.
SUMBER- SUMBER KONFLIK
Berbagai
sumber-sumber konflik dapat saja terjadi mencuat kepermukaan namun bila kita
telusuri dapat kita rinci dalam berbagai unsur sbb:
1. Bio Sosial, Bio sosial bisa dikatakan
perasaan frustrasi yang sering menghasilkan agresi sehingga mengarah pada
terjadinya konflik. Frustrasi juga dihasilkan dari kecenderungan ekspektasi
pencapaian yang lebih cepat dari apa yang seharusnya diharapkan.
2. Kepribadian dan Interaksi Termasuk dalam
hal ini adalah kepribadian yang abrasif atau suka menghasut, adanya gangguan
psikologi, kejengkelan karena ketidaksederajatan hubungan dan perbedaan gaya
interaksi.
3. Struktural Banyak konflik yang melekat pada
struktur organisasi dan masyarakat, karena adanya kekuasaan, status,
kelas-kelas masyarakat yang semuanya berpotensi menjadi konflik apabila
dikaitkan dengan hak asasi manusia, pengarusutamaan jender, dan sebagainya.
4. Budaya dan Ideologi Intensitas konflik dari
sumber ini sering dihasilkan dari perbedaaan politik, sosial, agama dan budaya,
termasuk masalah yang timbul diantara masyarakat karena perbedaan system nilai.
5. Konfergensi Didalam situasi tertentu
sumber-sumber konflik tergabung menjadi satu sehingga menimbulkan kompleksitas
konflik itu sendiri.
BERBAGAI JENIS KONFLIK
1. Konflik Pribadi ( Intra personal ) Konflik
intrapersonal melibatkan ketidaksesuaian emosi bagi individu ketika kepetingan,
tujuan atau nilai-nilai yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
diharapkan tidak tercapai atau jauh dari menyenangkan.
Konflik ini merintangi kehidupan sehari-hari dan dapat mengganggu kegiatan orang lain. Ketika konflik ini dirasakan atau dialami baik secara fisik, mental atau emosional maka dapat menimbulkan sakit kepala, pusing bahkan stress. Bila akibat konflik ini sampai pada tingkat stress yang mematikan maka akan berada dalam konflik intrapersonal tahap berikutnya yang memiliki sifat destruktif misalnya menjurus kearah tindakan bunuh diri. Konflik intrapersonal merupakan konflik yang terjadi pada perilaku seseorang dimana pikiran dan sikapnya tidak kontrol dan sering menimbulkan emosi yang sangat tinggi.
Konflik ini merintangi kehidupan sehari-hari dan dapat mengganggu kegiatan orang lain. Ketika konflik ini dirasakan atau dialami baik secara fisik, mental atau emosional maka dapat menimbulkan sakit kepala, pusing bahkan stress. Bila akibat konflik ini sampai pada tingkat stress yang mematikan maka akan berada dalam konflik intrapersonal tahap berikutnya yang memiliki sifat destruktif misalnya menjurus kearah tindakan bunuh diri. Konflik intrapersonal merupakan konflik yang terjadi pada perilaku seseorang dimana pikiran dan sikapnya tidak kontrol dan sering menimbulkan emosi yang sangat tinggi.
2. Konflik antara Pribadi ( InterPersonal)
Konflik inter pribadi Konflik inter pribadi adalah konflik yang terjadi antara
perilaku seseorang dengan mengaitkan kepentingan orang lain yang pikiran dan
perilakunya tidak terkontrol, sehingga dapat menimbulkan kegelisahan dan
rintangan kehidupan banyak orang. Konflik inter pribadi ini lebih jamak
diassosiasikan dengan melibatkan sekelompok orang. Konflik ini tidak dapat
diatasi secara external tanpa orang tersebut memiliki kendali secara internal.
b. Konflik antar pribadi Konflik antar pribadi merupakan konflik yang terjadi diantara dua orang atau lebih yang saling bertentangan karena masing-masing membutuhkan kebutuhan dasar psikologis yaitu :
b. Konflik antar pribadi Konflik antar pribadi merupakan konflik yang terjadi diantara dua orang atau lebih yang saling bertentangan karena masing-masing membutuhkan kebutuhan dasar psikologis yaitu :
a. Kebutuhan untuk diperlakuakan sebagai
seorang pribadi untuk dihargai.
b. Kebutuhan untuk memiliki sejumlah kontrol.
c. Kebutuhan akan harga diri.
d. Kebutuhan untuk menentukan nasibnya sendiri.
e. Kebutuhan menjadi orang yang konsisten.
3. Konflik antara Kelompok
a. Konflik inter Kelompok ( Inter Groups )
Konflik ini merupakan pertentangan berbagai individu dalam suatu kelompok, karena
masing-masing individu biasanya memiliki kemauan, kepentingan dan ingin
memenuhi kebutuhan dasar psikologisnya dalam waktu yang bersamaan. Bahkan
sering dijumpai bahwa di dalam kelompoknya sendiri para anggotanya tidak
bersesuaian.
b. Konflik antar kelompok Antara kelompok satu
dengan kelompok lainnya terjadi gesekan yang mengarah pada situasi perpecahan
atau konflik antar warga anak bangsa, misalnya antar kelompok suku, ras, agama,
dan golongan kelompok masyarakat tertentu.
TAHAPAN, GEJALA DAN CIRI KONFLIK
1.
TAHAPAN
KONFLIK
a. Kondisi yang mendahului (Antecendent
Condition) Pada tahap ini terdapat unsur penyebab antara lain karena kecurigaan
, pertentangan pribadi, ras, kelas sosial, politik, sumber daya, keyakinan yang
kesemuanya dari faktor-faktor ini tercermin dalam perilaku kehidupan sosial
kemasyarakatan.
b. Kemungkinan konflik yang dilihat (Perceived
Potential Conflict) Pada tahap ini satu atau kedua belah pihak mulai tampak
perubahan kepribadian pada diri masing-masing orang, retaknya kesatuan kelompok
dan solidaritas atau kesetiakawanan sosial mulai hilang.
c. Konflik yang dirasa (Felt Conflict) Pada
tahap ini benturan kepentingan dan kebutuhan sering terjadi. Satu pihak atau
kedua belah pihak yang terlibat melihat keadaan yang tidak memuaskan,
meghambat, menakutkan, bahkan mulai mengancam.
d. Perilaku yang tampak (Manifest Behavior)
Pada tahap ini orang-orang mulai menanggapi dan mengambil tindakan, sejak dari
saling mendiamkan, kemudian pertengkaran secara lisan, berdebat, bersaing,
agresif, saling menyerang akhirnya bermusuhan sampai dengan balas dendam yang
berkepanjangan. Bentuk perbuatan yang nyata baik berupa lisan atau kata-kata
maupun tindakan bergabung jadi satu kemasan.
e. Konflik yang dikelola (Suppressed or
Managed Conflict) Pada tahap ini konflik yang sudah terjadi dapat ditekan.
Upaya-upaya maksimal untuk meniadakan konflik dilakuakan malalui kesepakatan
bersama (negosiasi). Namun demikian meskipun secara lahiriah konflik itu
tampaknya seperti sudah berakhir atau dapat diselesaikan namun masalah intinya belum
ditanggani, dimana pihak-pihak yang berkonflik hanya sekedar berdamping
walaupun dalam hatinya berada dalam keadaan masih panas atau tegang.
f. Penyelesaian sesudah konflik (Management
Aftermath) Pada tahap ini apabila konflik tidak dikelola dan diselesaikan,
kedua belah pihak yang terlibat akan menanggung akibatnya baik bagi dirinya
sendiri, maupun dalam lingkungan sosial khususnya hubungan sosial serta
hubungan dengan beberapa orang yang diperlukan. Bila konflik dikelola dan
berhasil, maka pihak-pihak yang terlibat perlu menindaklanjuti hasil
pengelolaan itu secara konsekuen dan konsisten dengan melandasi apa yang telah
menjadi kesepakatan bersama.
2.
GEJALA
KONFLIK
Timbulnya gejala konflik berupa :
a. Kombinasi jelas dan agresif Konflik tidak
selalu digambarkan dalam bentuk nyata namun pada tahap ini terdapat tanda yang
jelas dari konflik yang ditunjukan secara agresif. Contoh: teriakan-teriakan,
celaan, ejekan, kekerasan dan sebagainya.
b. Kombinasi dari agresif dan tersembunyi Pada
tahap ini terdapat tanda-tanda yang tersembunyi dari konflik yang ditunjukan
secara agresif. Contoh : komentar-komentar yang merendahkan, pelecehan,
penghinaan, selalu mengkritik dan mencari-cari kesalahan orang, kebencian untuk
mencoreng orang lain, dan sebagainya.
c. Tanda tersembunyi dari konflik yang
ditunjukkan secara pasif Pada tahap ini terdapat tanda-tanda tersembunyi dari
konflik yang ditunjukkan secara pasif. Contoh : tidak mau berkerja sama, tidak
mau ikut pertemuan, cemas tidak mau menyelesaikan masalah.
d. Tanda yang jelas nampak pasif Pada tahap
ini terdapat tanda yang jelas nampak yang ditunjukan secara jelas dalam
kejadian konflik secara pasif. Contoh : mengirim surat tetapi tidak ada niat
melaksanakan kegiatan yang berarti.
3.
CIRI KONFLIK
Ciri-ciri konflik dapat ditandai dari :
A.
Ciri
peristiwa dalam sehari – hari Pada tahap ini tidak begitu mengancam dan paling
mudah untuk dikelola karena memiliki ciri-ciri:
a.
Terjadinya
secara terus menerus sehingga merupakan kebiasaan dan hanya memerlukan sedikit
perhatian.
b.
Ditandai
oleh perasaan jengkel sehari-hari namun berlalu begitu saja dan munculnya tidak
menentu.
c.
Walaupun
ada perasaan tidak cocok, kadang-kadang marah tetapi emosinya cepat mereda.
B.
Ciri
tantangan Pada tahap ini ditandai dengan sikap kalah atau menang berupa:
a.
Kekalahan
tampaknya lebih besar karena yang bersangkutan terikat dengan masalah.
b.
Pada
tahap ini pengelolaannya tidak dapat dilakukan secara sabar dan hati-hati
karena setiap orang berkaitan dengan masalah yang kompleks.
c.
Kelompok
yang bersaing tidak suka mencari fakta yang akurat tentang lawan saingannya
sebab tingkat kepercayaannya sudah menurun.
d.
Muncul
sikap putus asa akibatnya hanya saling sindir menyindir karena strategi yang
digunakan hanya untuk mempertahankan sikapnya sendiri.
C.
Ciri
pertentangan /pertikaian Pada tahap ini keinginan untuk menang sangat kuat
sekaligus untuk mencederai serta menghilangkan keberadaan kelompok lain, dengan
pemikiran bahwa:
a.
Konflik
telah meningkat dalam eskalasi yang sangat tinggi.
b.
Harus
ada korban
c.
Harus
ada yang dihukum
d.
Ada
upaya untuk memperpanjang konflik
e.
Salah
satu kelompok harus tidak eksis lagi.