IDENTITAS BUKU
Judul : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pengarang : HAMKA
Penerbit : PT. Bulan
Bintang 2002
Cetakan : Ke- 26
Cetakan Pertama : Tahun 1939
Tebal : 224 halaman
Ukuran : 21 cm
Warna sampul : Biru
Pelaku Utama : Zainuddin dan Hayati
Negara : Indonesia
Bahasa : Bahasa Melayu
Genre : Buku roman, Cinta
SINOPSIS
Zainuddin
berhasil kembali ke kampung halamannya setelah mendapat izin dari Mak Base,
orang tua angkatnya. Zainuddin tinggal di Mengkasar setelah ayah kandungnya,
pendekar Sutan, terusir dari Batipuh karena membunuh Datuk Mantari Labih,
kemudian ia pergi ke Mengkasar dan menikah dengan Daeng Habibah sehingga
lahirlah Zainuddin. setelah ayahnya meninggal dunia,Zainuddin diangkat anak oleh
Mak Base yang baik hati itu.
Ketidakadilan
yang menimpa ayahnya akibat adat istiadat yang membelenggu di daerahnya juga
dirasakan oleh pemuda itu. Zainuddin yang bukan orang padang asli, karena ibunya
bukan kelahiran Batipuh . harus mendapatkan tantangan yang besar dalam menjalin
hubungan cintanya dengan Hayati. Selain itu, juga karena Zainuddin adalah anak
yatim piatu. Sekalipun demikian, hubungan cinta kasih antara Zainuddin dan
Hayati tetap berjalan dengan cara saling berkirim surat.
Suatu
hari Hayati beqmaksud pergi ke Padang Panjang untuk melihat pasar malam.
sebelum berangkat, ia telah mengabarkannya kepada Zainuddin, sehingga kedua
anak muda itu berjanji untuk bertemu dan melepaskan perasaan rindunya di rumah
Khadijah, sahabat Hayati.
Namun,
pertemuan antara Hayati dan Zainuddin mendapatkan halangan dari Azis, kakaknya
Khadijah yang secara diam-diam mencintai Hayati. Persaingan antara Zainuddin
dan Azis terjadi ketika kedua pemuda itu sama-sama mengirimkan surat kepada
orang tua Hayati. Dari lamaran kedua pemuda itu, ternyata lamaran Azis yang
diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar belakang keluarga pemuda yang
kaya raya itu. Sedangkan lamaran Zainuddin ditolak karena orang tua Hayati tidak
ingin anaknya bersuamikan lelaki miskin. Mereka tidak mengetahui bahwa
Zainuddin baru saja menerima warisan kekayaan dari Mak Base yng telah meninggal
dunia.
Setelah
lamarannya ditolak, Zainuddin pun jatuh sakit, sedangkan Hayati harus menjalani
hidup dengan orang yang tidak ia cintai sehingga ia merasa sangat tertekan.
Apalagi Azis memiliki perangai yang buruk sehingga rumah tangganya tidak
bahagia.
Zainuddin kemudian mengikuti saran Muluk sahabatnya, untuk pindah ke Jakarta. Di
Jakarta, Zainuddin menjadi penulis yang terkenal sehingga namanya mulai banyak
dikenal orang. kemudian, ia pindah ke surabaya dan tetap meneruskan
pekerjaannya sebagai penulis.
Ia bahkan dikenal sebagai penulis yang kaya dan dermawan. Sementara itu, Azis
pun dipindahkan ke Surabaya, sehingga ia bersama Hayati menetap di kota yang
sama.
Kepindahan
ini mempertemukan Hayati dengan Zainuddin. Ketika Azis dipecat dari
pekerjaannya karena kecerobohan dan kelalaiannya dalam menjalankan perusahaan,
ia bersama Hayati tinggal di rumah Zainuddin. Namun, Azis merasa tidak kerasan
tinggal di rumah Zainuddin karena perlakuan Zainuddin yang yang sangat baik
terhadap keluarganya.
Azis kemudian memutuskan untuk meninggalkan Hayati di rumah Zainuddin dan pergi
entah kemana.
Tak
berapa lama kemudian, Azis mengirimkan dua surat, yaitu surat pertama ditujukan
kepada Hayati yang isinya akan menceraikan Hayati, dan surat yang kedua
ditujukan kepada Zainuddin yang isinya meminta Zainuddin untuk menikahi Hayati.
Surat itu merupakan pesan terakhir darinya karena tak berapa lama Azis pun
meninggal dunia.
Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati, ia menolak permintaan
Azis karena perasaan dendamnya kepada orang tua Hayati yang menolak lamarannya
ketika dahulu.
Ia bahkan menyuruh Hayati untuk kembali ke kampung halamannya. Hal itu membuat
hati Hayati merasa hancur. Keesokan
harinya, Hayati bergegas untuk kembali ke kampung halamannya dengan menggunakan
kapal Van Der Wijk.
Setelah Hayati pergi, hati Zainuddin merasa gundah gulana
karena ia tidak dapat menghilangkan perasaan cintanya kepada Hayati. Ia segera
menyusul Hayati ke pelabuhan, namun kapal yang ditumpangi Hayati telah
berangkat. Zainuddin merasa sedih dan sangat menyesali perbuatannya. Zainuddin
semakin sedih ketika ia mendapat kabar bahwa kapal yang ditumpangi Hayati
tenggelam, Hayati di rawat di rumah sakit.
Dengan ditemani sahabatnya, Zainuddin segera berangkat ke
rumah sakit untuk menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Ketika
Zainuddin sampai di rumah sakit, ia melihat Hayati sedang terbaring tak
berdaya. Ia pun memeluk Hayati dan menyatakan penyesalannya. Pertemuan mereka
itu adalah pertemuan yang terakhir karena Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir
dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu membuat Zainuddin merasakan penyesalan
yang berkepanjangan. sehingga ia jatuh sakit dan meninggal dunia. Sebelum ia meninggal dunia, ia menuliskan
wasiat yang berisi bahwa seluruh harta kekayaannya diberikan kepada Muluk,
sahabat setiannya.
UNSUR INTRINSIK
Tema : Kasih tak sampai
Alur :
Maju mundur
Latar :
Minangkabau, Padang panjang, Jakarta dan Surabaya
Tokoh :
§ Zainuddin
§ Hayati
§ Mak
Base
§ Khadijah
§ Muluk
§ Pendekar
Sutan
§ Daeng
Habibah
Sudut pandang : Orang ke-tiga “dia”
Amanat : Memperhatikan
adat istiadat dan budaya kita dan budaya suku lain di negeri ini. Apa lagi di
zaman sekarang ini, tak banyak remaja yang mempelajari dan mencintai adat
istiadat dan budaya daerahnya sendiri.
BIOGRAFI PENGARANG
HAMKA adalah singkatan dari Haji Abdul
Malik Karim Amrullah. Beliau lahir di Molek, Meninjau, Sumatra Barat, Indonesia
pada tanggal 17 Februari 1908. Ayah beliau bernama Syeh Abdul Karim bin Amrullah (Haji
Rasul).
Ketika Hamka berumur
10 tahun ayahnya membangun Thawalib Sumatra di Padang Panjang. Di sana Hamka
belajar tentang ilmu agama dan bahasa Arab. Di samping belajar ilmu agama pada
ayahnya, Hamka juga belajar pada beberapa ahli Islam yang terkenal seperti:
Syeh Ibrahim Musa, Syeh Ahmad Rasyid, Sutan Mansyur dan Ki Bagus Hadikusumo.
Pada tahun 1927 Hamka
menjadi guru agama di Perkebunan Tinggi Medan dan Padang Panjang tahun 1929.
tahun 1957-1958 Hamka sebagai dosen di Universitas Islam Jakarta dan
Universitas Muhamadiyah Padang Panjang.
Hamka tertarik pada
beberapa ilmu pengetahuan seperti: sastra, sejarah, sosiologi, dan politik. Pada
tahun 1928 Hamka menjadi ketua Muhammadiyah di Padang Panjang. Tahun 1929
beliau membangun “Pusat Latihan Pendakwah Muhammadiyah” dua tahun kemudian
menjadi ketua Muhammadiyah di Sumatra Barat dan Pada 26 juli 1957 beliau
menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia.
Hamka sudah menulis
beberapa buku seperti : Tafsir Al-Azhar (5 jilid) dan novel seperti ;
Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di bawah Lindungan Ka’bah, Merantau Ke Deli,
Di dalam Lembah Kehidupan dan sebagainya. Hamka memperoleh gelar Doctor Honoris
Causa dari Universitas Al- Azhar (1958), Doctor Causa dari Universitas
Kebangsaan Malaysia (1974) dan pada 24 juli 1981 Hamka meninggal dunia.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis data tentang roman Tenggelamnya Kapal Van Der
Wijck karya Hamka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Struktur roman
terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang, karakter, gaya
bahasa, dan amanat, di mana hubungan antar unsur dalam roman ini menunjukkan
hubungan yang begitu padu sehinggga menghasilkan jalinan cerita yang sangat
menarik.
2.
Unsur
religiusitas roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung
aspek aqidah, syariah, dan akhlak yang tergambar dalam setiap perilaku tokoh
yang dimainkan, di samping itu pengarang sendiri sebagai seorang agamawan yang
begitu kental memasukkan unsur–unsur agama ke dalam roman ini
SARAN
Hendaknya dalam menjalani hidup dan kisah percintaan
tidak selalu terikat oleh adat yang sangat ketat, yang menyebabkan hubungan
antara dua orang yang saling mengasihi terpisah oleh karena masalah adat. Dan
bagi orang tua hendaknya tidak memaksakan kehendak terhadap anak- anaknya agar
menuruti perintahnya untuk menjodohkan dia dengan pilihan orang tua tersebut.
Karena anak juga dapat memilih jalan hidup yang menurut dia itu adalah hal yang
terbaik sebagai pilihan hidupnya kelak.