Sunday, January 23, 2011

Resensi Roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk

IDENTITAS BUKU


Judul                     : Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck
Pengarang               : HAMKA
Penerbit                 : PT. Bulan Bintang  2002
Cetakan                  : Ke- 26
Cetakan Pertama     : Tahun 1939
Tebal                     : 224 halaman
Ukuran                   : 21 cm
Warna sampul         : Biru
Pelaku Utama          : Zainuddin dan Hayati
Negara                   : Indonesia
Bahasa                    : Bahasa Melayu
Genre                     : Buku roman, Cinta


SINOPSIS

Zainuddin berhasil kembali ke kampung halamannya setelah mendapat izin dari Mak Base, orang tua angkatnya. Zainuddin tinggal di Mengkasar setelah ayah kandungnya, pendekar Sutan, terusir dari Batipuh karena membunuh Datuk Mantari Labih, kemudian ia pergi ke Mengkasar dan menikah dengan Daeng Habibah sehingga lahirlah Zainuddin. setelah ayahnya meninggal dunia,Zainuddin diangkat anak oleh Mak Base yang baik hati itu.
Ketidakadilan yang menimpa ayahnya akibat adat istiadat yang membelenggu di daerahnya juga dirasakan oleh pemuda itu. Zainuddin yang bukan orang padang asli, karena ibunya bukan kelahiran Batipuh . harus mendapatkan tantangan yang besar dalam menjalin hubungan cintanya dengan Hayati. Selain itu, juga karena Zainuddin adalah anak yatim piatu. Sekalipun demikian, hubungan cinta kasih antara Zainuddin dan Hayati tetap berjalan dengan cara saling berkirim surat.
Suatu hari Hayati beqmaksud pergi ke Padang Panjang untuk melihat pasar malam.

sebelum berangkat, ia telah mengabarkannya kepada Zainuddin, sehingga kedua anak muda itu berjanji untuk bertemu dan melepaskan perasaan rindunya di rumah Khadijah, sahabat Hayati.

Namun, pertemuan antara Hayati dan Zainuddin mendapatkan halangan dari Azis, kakaknya Khadijah yang secara diam-diam mencintai Hayati. Persaingan antara Zainuddin dan Azis terjadi ketika kedua pemuda itu sama-sama mengirimkan surat kepada orang tua Hayati. Dari lamaran kedua pemuda itu, ternyata lamaran Azis yang diterima karena orang tua Hayati mengetahui latar belakang keluarga pemuda yang kaya raya itu. Sedangkan lamaran Zainuddin ditolak karena orang tua Hayati tidak ingin anaknya bersuamikan lelaki miskin. Mereka tidak mengetahui bahwa Zainuddin baru saja menerima warisan kekayaan dari Mak Base yng telah meninggal dunia.
Setelah lamarannya ditolak, Zainuddin pun jatuh sakit, sedangkan Hayati harus menjalani hidup dengan orang yang tidak ia cintai sehingga ia merasa sangat tertekan. Apalagi Azis memiliki perangai yang buruk sehingga rumah tangganya tidak bahagia.

Zainuddin kemudian mengikuti saran Muluk sahabatnya, untuk pindah ke Jakarta. Di Jakarta, Zainuddin menjadi penulis yang terkenal sehingga namanya mulai banyak dikenal orang. kemudian, ia pindah ke surabaya dan tetap meneruskan pekerjaannya sebagai penulis.
Ia bahkan dikenal sebagai penulis yang kaya dan dermawan. Sementara itu, Azis pun dipindahkan ke Surabaya, sehingga ia bersama Hayati menetap di kota yang sama.

Kepindahan ini mempertemukan Hayati dengan Zainuddin. Ketika Azis dipecat dari pekerjaannya karena kecerobohan dan kelalaiannya dalam menjalankan perusahaan, ia bersama Hayati tinggal di rumah Zainuddin. Namun, Azis merasa tidak kerasan tinggal di rumah Zainuddin karena perlakuan Zainuddin yang yang sangat baik terhadap keluarganya. 

Azis kemudian memutuskan untuk meninggalkan Hayati di rumah Zainuddin dan pergi entah kemana.

Tak berapa lama kemudian, Azis mengirimkan dua surat, yaitu surat pertama ditujukan kepada Hayati yang isinya akan menceraikan Hayati, dan surat yang kedua ditujukan kepada Zainuddin yang isinya meminta Zainuddin untuk menikahi Hayati. Surat itu merupakan pesan terakhir darinya karena tak berapa lama Azis pun meninggal dunia.

Sekalipun dalam hati Zainuddin masih mencintai Hayati, ia menolak permintaan Azis karena perasaan dendamnya kepada orang tua Hayati yang menolak lamarannya ketika dahulu.
Ia bahkan menyuruh Hayati untuk kembali ke kampung halamannya. Hal itu membuat hati Hayati merasa hancur. Keesokan harinya, Hayati bergegas untuk kembali ke kampung halamannya dengan menggunakan kapal Van Der Wijk.

Setelah Hayati pergi, hati Zainuddin merasa gundah gulana karena ia tidak dapat menghilangkan perasaan cintanya kepada Hayati. Ia segera menyusul Hayati ke pelabuhan, namun kapal yang ditumpangi Hayati telah berangkat. Zainuddin merasa sedih dan sangat menyesali perbuatannya. Zainuddin semakin sedih ketika ia mendapat kabar bahwa kapal yang ditumpangi Hayati tenggelam, Hayati di rawat di rumah sakit.
Dengan ditemani sahabatnya, Zainuddin segera berangkat ke rumah sakit untuk menengok wanita yang sangat dicintainya itu. Ketika Zainuddin sampai di rumah sakit, ia melihat Hayati sedang terbaring tak berdaya. Ia pun memeluk Hayati dan menyatakan penyesalannya. Pertemuan mereka itu adalah pertemuan yang terakhir karena Hayati menghembuskan nafasnya yang terakhir dalam pelukan Zainuddin. Kejadian itu membuat Zainuddin merasakan penyesalan yang berkepanjangan. sehingga ia jatuh sakit dan meninggal dunia.  Sebelum ia meninggal dunia, ia menuliskan wasiat yang berisi bahwa seluruh harta kekayaannya diberikan kepada Muluk, sahabat setiannya.


UNSUR INTRINSIK

Tema                           : Kasih tak sampai
Alur                             : Maju mundur
Latar                           : Minangkabau, Padang panjang, Jakarta dan Surabaya
Tokoh                         :
§ Zainuddin
§ Hayati
§ Mak Base
§ Khadijah
§ Muluk
§ Pendekar Sutan
§ Daeng Habibah
Sudut pandang          : Orang ke-tiga “dia”
Amanat                       :  Memperhatikan adat istiadat dan budaya kita dan budaya suku lain di negeri ini. Apa lagi di zaman sekarang ini, tak banyak remaja yang mempelajari dan mencintai adat istiadat dan budaya daerahnya sendiri.


BIOGRAFI PENGARANG

HAMKA adalah singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau lahir di Molek, Meninjau, Sumatra Barat, Indonesia pada tanggal 17 Februari 1908. Ayah beliau bernama Syeh Abdul Karim bin Amrullah (Haji Rasul).
Ketika Hamka berumur 10 tahun ayahnya membangun Thawalib Sumatra di Padang Panjang. Di sana Hamka belajar tentang ilmu agama dan bahasa Arab. Di samping belajar ilmu agama pada ayahnya, Hamka juga belajar pada beberapa ahli Islam yang terkenal seperti: Syeh Ibrahim Musa, Syeh Ahmad Rasyid, Sutan Mansyur dan Ki Bagus Hadikusumo.
Pada tahun 1927 Hamka menjadi guru agama di Perkebunan Tinggi Medan dan Padang Panjang tahun 1929. tahun 1957-1958 Hamka sebagai dosen di Universitas Islam Jakarta dan Universitas Muhamadiyah Padang Panjang.
Hamka tertarik pada beberapa ilmu pengetahuan seperti: sastra, sejarah, sosiologi, dan politik. Pada tahun 1928 Hamka menjadi ketua Muhammadiyah di Padang Panjang. Tahun 1929 beliau membangun “Pusat Latihan Pendakwah Muhammadiyah” dua tahun kemudian menjadi ketua Muhammadiyah di Sumatra Barat dan Pada 26 juli 1957 beliau menjadi ketua Majelis Ulama Indonesia.
Hamka sudah menulis beberapa buku seperti : Tafsir Al-Azhar (5 jilid) dan novel seperti ; Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck, Di bawah Lindungan Ka’bah, Merantau Ke Deli, Di dalam Lembah Kehidupan dan sebagainya. Hamka memperoleh gelar Doctor Honoris Causa dari Universitas Al- Azhar (1958), Doctor Causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia (1974) dan pada 24 juli 1981 Hamka meninggal dunia.


KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data tentang roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.     Struktur roman terdiri dari tema, alur/plot, setting/latar, sudut pandang, karakter, gaya bahasa, dan amanat, di mana hubungan antar unsur dalam roman ini menunjukkan hubungan yang begitu padu sehinggga menghasilkan jalinan cerita yang sangat menarik.
2.    Unsur religiusitas roman Tenggelamnya Kapal Van Der Wijck karya Hamka mengandung aspek aqidah, syariah, dan akhlak yang tergambar dalam setiap perilaku tokoh yang dimainkan, di samping itu pengarang sendiri sebagai seorang agamawan yang begitu kental memasukkan unsur–unsur agama ke dalam roman ini

SARAN


Hendaknya dalam menjalani hidup dan kisah percintaan tidak selalu terikat oleh adat yang sangat ketat, yang menyebabkan hubungan antara dua orang yang saling mengasihi terpisah oleh karena masalah adat. Dan bagi orang tua hendaknya tidak memaksakan kehendak terhadap anak- anaknya agar menuruti perintahnya untuk menjodohkan dia dengan pilihan orang tua tersebut. Karena anak juga dapat memilih jalan hidup yang menurut dia itu adalah hal yang terbaik sebagai pilihan hidupnya kelak.